Makin gelap, makin
gelap, makin gelap, makin dekat kepada fajar.
Jam 7 malam itu gelap,
jam 9 malam makin gelap, dan jam 2 pagi jauh lebih gelap.
Perang Badar itu gelap.
Perang dengan bapak sendiri, perang dengan adik sendiri, saudara sendiri.
Sangat menyakitkan. Perang Uhud lebih gelap lagi. Mengapa? Karena kalah. Perang
Badar masih mending, menang. Perang Uhud sangat menyakitkan, 70 orang menjadi syuhada.
Ada Hamzah, Mushab. Ada yang dipotong hidungnya, telinganya, dikeluarkan isi
perutnya, dikunyah-kunyah jantungnya.
Rasulullah terluka.
Namun makin pahit lagi adalah perang Ahzab. Kalau kata orang munafik, kencing
pun sampai tak sempat. Ya karena begitu mencekamnya keadaan waktu itu.
Makin gelap, makin
gelap, makin gelap, makin dekat kepada fajar.
Apakah langsung turun
hidangan dari langit?
TIDAK! Semua akan
diuji.
Maka bekalnya pun
habis, air susunya kering, dan Ismail kecil mulai menangis. Apa yang dilakukan?
IKHTIYAR!
Dia naik ke Safa,
dia amati apakah ada orang yang bisa dimintai tolong. Dia amati ke bawah apakah
ada air yang bisa diminum. Bergerak dia ke Marwah, naik ke Safa. Terus
bolak-balik sampai tujuh kali.
Kemudian apa yang
terjadi? Airnya muncul di bawah kaki Ismail. Coba kita yang jadi Siti Hajar,
pasti berujar, "Ya Allah kok ga dari tadi gitu ya, sudah bolak-balik. Lha
ya munculnya malah di sini."
Tugas kita untuk
membuktikan iman dan keyakinan kita kepada Allah adalah dengan berikhtiyar
semampu, sejauh jangkauan kita menunjukkan pada Allah.
Rezeki, penyelesaian,
keajaiban, semua terserah Allah meletakkannya di mana.
J
No comments:
Post a Comment