"Drama ini masih jauh dari akhir. Jadi jangan khawatir jika segala sesuatu berjalan lambat. Dibandingkan mereka yang berjalan cepat, orang yang berjalan lambat bisa melihat segala sesuatu dengan lebih jelas. Jika kau menanyakan padaku siapa yang memiliki potensi yang lebih besar, maka orang yang berjalan lebih lambat akan lebih berhati-hati dan berpengalaman."
Itu adalah kutipan perkataan Oh Hyuk di drama korea DREAM HIGH episode 8. Aku merasa cukup termotivasi lagi setelah memperhatikan secara teliti perkataan Oh Hyuk itu. Aku sepakat. Teringat sebuah kisah siput yang beradu tanding lari dengan kelinci, lihat siput yang berjalan sangat lambat dan kelinci yang melompat cepat, pada akhirnya siapa yang mencapai finish terlebih dulu? Ya benar, si siputlah. Karena kenapa? Si kelinci yang merasa dirinya hebat, dia mempunyai mental yang meremehkan, sedangkan siput yang lambat memiliki mental juara dengan selalu berusaha keras dan percaya bahwa dia mampu mencapai finish terlebih dahulu.
Mungkin sekarang aku masih jadi siput yang lambat, tapi aku percaya, kelak aku akan menjadi kuda tercepat. Mau kuceritakan kisahku sedikit? Emm, begini... dulu ketika aku duduk di sekolah dasar, aku bersekolah didekat rumah, bisa dibilang sekolahku di desa. Kurangnya umurku kala itu yang membuat impianku sekolah di kota tak bisa terwujud. Selama enam tahun kuhabiskan bersekolah di SD dekat rumahku, aku mendengar kasak-kusuk bahwa sekolah di kota itu sangat sulit, harus pandai sekali, hal itulah yang membuat aku belajar semakin rajin, dan syukur alhamdulillah aku bisa tersenyum karena selalu mendapat juara satu. Kadangkala senyumku itu menjadi boomerangku sendiri, ya aku sering atau bahkan mungkin selalu, aku selalu diremehkan, banyak yang mengatakan “Ah peringkat sekolah di desa, ya nggak sama seperti sekolah di kota.”
Nah loh?! Anak SD yang polos, dibilang gitu? Kalau mau tau perasaanku kala itu, ingin kumaki dan kubentak orang yang berkata seperti itu. Mentalku langsung down, itu tebukti saat kelulusan aku turun diperingkat 3, sedih? Sangat, padahal dari kelas 1 aku selalu meraih juara 1, dan hal itu membuat aku semakin diremehkan. Tapi dengan tekadku yang begitu kuat aku kembali bangkit, syukur alhamdulillah aku diterima di salah satu SMP yang cukup favorit di kotaku dan taukah? Akulah satu-satunya siswi dari SD di desaku, sekarang aku bisa buktikan bahwa si siput dapat menjadi kuda tercepat lagi. Aku yang menjadi kuda melesat di SMP, aku selalu berada dijajaran kelas unggulan terus-menerus. Ternyata diremehkan memang menjadi makanan hidupku, sewaktu di SMP pun aku pernah diremehkan oleh salah seorang pembesar SMP, dia berkata demikian “Anak desa, ya paling cuma kebetulan aja pinternya.”
Astaghfirullah, sakit banget nget nget dikatain seperti itu. Apa salah aku dari desa? Seketika tekadku membulat, ingin aku tunjukkan padanya, aku nggak sekedar kebetulan bisa masuk sini. Berada di kelas tiga membuatku semakin serius belajar, apalagi UAN kali ini mendapat tambahan IPA untuk pertama kalinya. Alhamdulillah semua soal UAN yang murni 100% aku kerjain sendiri itu membuahkan hasil luar biasa, aku mendapat juara 1 di SMP dan juara 5 sekotaku. Karena hal itu aku mendapat hadiah untuk mengikuti STUDI EDUKASI ke Singapore dan Malaysia, lihat? Aku kembali menjadi kuda tercepat lagi bukan? Berasal dari desa bukan alasan yang memalukan kawan. Kalian hanya butuh tekad, usaha, kemauan, dan doa. Diremehkan bukan alasan untuk down, jadikan itu sebagai pelecut motivasi dan semangat untuk kita menjadi si kuda tercepat. Tunggu apalagi kawan? Ayo kita berubah !
Tapi tunggu, tak adil rasanya jika aku hanya menceritakan tentang si siput, maukah kalian mendengar kisahku saat aku menjadi kelinci?
Ketika aku berada di puncak, mendapat predikat juara, aku bertingkah, aku merasa aku hebat seperti kelinci, aku mulai meremehkan hal-hal kecil, inilah permulaan aku terkalahkan si siput lainnya, pendaftaran masuk SMA favorit aku gagal dan aku harus masuk SMA nomer dua, sedih? Ya, tapi nasi telah jadi bubur. Lagi-lagi aku diremehkan, banyak kasak-kusuk mengatakan nilai UANku palsu, aku tukang mencontek dan bla-bla lainnya. Sekali lagi saat aku berada pada fase ini, aku semakin terguncang, dan alhamdulillah karena hal inilah aku kembali mencetak juara lagi, namun sayang karena aku menjadi kelinci lagi, dan hasilnya seperti sekarang, aku tersungkur dalam dan sangat dalam. Semoga kalian tak mengalaminya seperti kelinci “aku”. Karena ini sangat menyedihkan, hiks....
Aku hanya bisa berpesan, kadangkala pengalaman itu tak berguna jika kau tak bisa mengaplikasikannya secara baik. Seperti kata Isa Alamsyah dalam buku No Excuse halaman 278 “Yang terpenting bukan berapa banyak pengalaman yang kita miliki, tapi berapa banyak kita belajar dari pengalaman.”
Well, tetaplah semangat dan jangan takut diberi julukan siput, karena siput mampu mengalahkan kelinci, dan ingatlah saat menjadi kelinci jangan pernah bersikap angkuh, karena kau bisa saja tersungkur, jadilah kelinci yang bermental juara, semoga pengalamanku ini bisa kalian ambil manfaatnya.
Ayo SIPUT (termasuk aku nih) jadlah KUDA tercepat!!!
Jangan lupa BERDOA ^^
Entah menjadi siput, kuda,ataupun kelinci, sertakanlah Allah selalu dalam setiap gerak kita. SEMANGAT
ReplyDeleteSalam,
Yesi Moci Penulis Novel Islami Cinta pada Pendengaran Pertama.
Iya mbak ^^
ReplyDeletePasti, bismillah