Adakah yang juga bernasib sama sepertiku? Mempunyai cita-cita yang tak bisa terwujud?
Tenanglah kawan, selalulah berfikir positif, oh ya mungkin sebuah kisah nyata ini akan membangkitkan semangat kawan-kawan lagi, simak ya...
Sejak kecil ia bercita-cita menjadi dokter. Seperti juga keinginan saudara kembarnya. Dua saudara kembar dengan cita-cita yang sama.
Cita-citanya kandas, tatkala ia tak diterima di fakultas kedokteran, baik Universitas Airlangga maupun Universitas Indonesia. Sementara kembarannya diterima di kedokteran dan kakaknya masuk Akabri. Padahal prestasi belajarnya selama ini juga tidak mengecewakan.
Pemuda ini memendam kekecewaan yang sangat mendalam.
“Hidup seperti itu membuat saya tertekan, akhirnya saya memutuskan meninggalkan rumah, pergi ke Jakarta,” tuturnya.
Subuh, 27 Maret 1970, pemuda kelahiran Klaten ini pun nekat minggat ke Jakarta, ia hanya meninggalkan surat kepada ibunya.
“Waktu baru di Jakarta, saya mulai dari bawah, ya, saya kerja jadi pembantu rumah tangga, jadi tukang batu, jadi tukang semir sepatu di Blok M. Berat sekali keadaan waktu itu, dibentak-bentak dan dimarahi.” Kenangnya tentang perjalanan awal kehidupan di Jakarta.
Hingga suatu ketika, di rumah tempatnya menumpang, ia menonton acara yang diasuh Bu Kasur di TVRI. Ia sangat tertarik dengan program tersebut dan mencari rumah pengasuh acaranya dengan niat untuk berguru. Ia diterima oleh Pak Kasur, yang kemudian membawanya ke TK Situ Lembang, Jakpus. Ia diangkat menjadi asisten Pak Kasur.
Sambil bekerja, sekali lagi ia mencoba masuk Fakultas Kedokteran tapi tidak diterima. Atas saran Pak Kasur ia mendaftar dan diterima di Fakultas Psikologi UI.
Bagaimana nasib pemuda yang tidak berhasil masuk FK tersebut?
Bersama Pak Kasur, pemuda ini justru menemukan minat lain di luar kedokteran, yaitu dunia anak.
Tanpa disadari di lembaga pendidikan anak ini, ia bisa menumpahkan “kerinduan” masa kecil, kecintaan pada anak-anak, sesuatu yang berawal dari kerinduan akan datangnya seorang adik, setelah adiknya yang masih berusia tiga tahun meninggal.
Pemuda ini adalah Seto Mulyadi yang lebih sering dipanggil Kak Seto, tokoh yang kini identik dengan anak-anak dan pendidikan anak.
Namanya mulai dikenal saat mengasuh acara Aneka Ria Taman Kanak-kanak di TVRI, bersama Henny Purwonegoro.
Kak Seto mendongeng, belajar, sambil bernyanyi, bermain sulap bersama anak-anak.
Kecintaannya terhadap dunia anak, yang didukung dengan prestasi akademiknya di bidang psikologi anak, membuat namanya semakin berkibar dan dihormati di dunia pendidikan anak.
Kini ia menjadi tokoh pemerhati anak yang disegani, Ketua Komnas HAM perlindungan anak, dan doktor bidang psikologi.
(Sumber kisah: Buku No Excuse, karangan Isa Alamsyah, halaman 63-64)
Nah dari kisah diatas udah ada semangat lagi kan?
Alhamdulillah... sekarang bukalah diri kita pada hal lain, karena dengan membuaka diri itu berarti memberi kesempatan untuk kita selangkah lebih sukses.
Alhamdulillah... sekarang bukalah diri kita pada hal lain, karena dengan membuaka diri itu berarti memberi kesempatan untuk kita selangkah lebih sukses.
Tetaplah menjadi pribadi yang semangat, sertakan Allah dalam setiap prosesnya, insyaAllah kita BISA (amin)
full of love from ME (El Mukarrima)
el el
ReplyDeletefollow blogQ yak :)