Berharap bisa masuk 50 besar, eh ternyata takdir berbicara lain. Namaku ga ada di daftar pengumuman http://www.facebook.com/notes/ceko/pengumuman-pemenang-lomba-ff-pengamen-cinta/10150133654621061 wehehehe *kecewa*
tapi gpp, pepatah ELDIRA mengatakan KEGAGALAN adalah KUNCI SUKSES yang KESINGSAL
Hemm mau baca FF ku yang gagal?
Langsung sajalah ni monggo di baca !!!
Dikasi kripik-kripik juga boleh, sangat diperbolehkan malah.. ini temanya tentang PENGAMEN
Senyum Terakhir
Aku bernyanyi sekenanya, atau mungkin itu bukan bernyanyi. Karena lebih mirip sebuah omelan. Gitar ku petik sembarang.
“Ah biarlah, yang penting bisa sedikit menghiburku,” gumamku dalam hati.
Kutatap lagi sekeliling, besi-besi berkarat, rumah-rumah kardus tampak pemandangan yang bikin hati semakin dongkol. Sesekali aku pun menatap langit. Berharap ada sesuatu yang indah untuk di pandang, namun sepertinya kali ini langit sedang tak bersahabat. Cuaca mendung menyebabkan langit semakin pekat, tak ada bintang satu pun disana.
Kembali ku lantunkan lagu ciptaanku yang tadi, dan tiba-tiba suara itu mengehentikanku.
“Hahahaha Yud Yud.. Hidup kita ini memang ditakdirkan untuk susah, berhentilah kau mengomel seperti itu. Karena semua yang kamu lakuin itu PERCUMA hahahaha mending kau bergabung saja denganku, minum sampai puas.. pesta sampai pagi.”
Langkah gontai sempoyongan, bau alkohol. Sudah kuduga, ya dia Tanto –teman suka dukaku dari orok sampai sekarang-
“To.. lu tuh, mabok mulu kerjaannya,” ujarku sewot.
“Ini nikmat sekali brother, euk euk,” jawabnya dengan cegukan, hingga akhirnya ia tak sadarakan diri (pingsan).
“Sudah enakan?” tanyaku sesaat setelah menyodorkan segelas teh hangat itu.
“Iya.. thanks brother.”
“Hari ini mending kamu istirahat aja, biar aku ngamen sendirian.”
“Jangan Yud.. aku ikut.”
“Udah.. nurut aja, besok baru ngamen bareng.”
“Yud.. maafin aku, aku slalu bikin susah kamu. Aku bodoh Yud, aku janji aku bakal berubah. Aku bakal berhenti mabok. Aku janji Yud !!!”
Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Tanto sepertinya tulus dari dalam hati, sesungging senyum mengembang di wajahku.
Aku memeluk dan menepuk-nepuk punggungnya, “Sip brother”
Baru melangkahkahkan kaki sekitar 1 meter dari pintu, Tanto memanggilku “Hati-hati ya brother”, serunya sambil senyum.
***
“Alhamdulillah cukuplah buat makan hari ini,” senyumku ringan melihat uang receh yang cukup banyak itu plus sebungkus nasi rames untuk Tanto.
***
“Assalamu’alaikum..”
Kubuka pintu gubuk reyot itu, sedikit berdenyit. Tapi tetap tak ada jawaban. Dan tiba-tiba hatiku berdesir saat melihat pemandangan yang tak pernah kulihat sebelumnya. Tanto sholat? Aku masih setengah tak percaya, dia tampak khusyuk sekali. Aku terdiam menunggunya selesai. Lama sekali hingga ku tak sadar tlah tertidur. Saat ku bangun, kulihat Tanto masih saja sujud.
“Ah Tanto.. mau berapa lama dia beribadah, sudah 2 jam aku menungguinya,” ujarku pelan.
Aku mendekatinya, saat kusentuh bahunya tiba-tiba “Bruuuk..” tubuh Tanto oleng ke kanan.
“Tanto… Tooo…” ku coba memegang tangannya, mencari-cari denyut nadinya. Tapi tetap tak kutemukan.
“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.. Ya Allah.. terimalah tobat dia, selamat jalan sahabatku,” tangisku membuncah.
***
No comments:
Post a Comment